Sunday, January 28, 2018

Catatan Pulpen, Kosongkan Gelasmu atau Luber






Seorang wanita didepanku menutup buku catatan kajian ahadnya. Sahabatku si buku tulis yang tampak lusuh dipenuhi dengan banyak tulisan dari yang berderet kebawah sampai dengan disisi samping buku tulis, banyak catatan kaki!, kurang lebih menunjukkan betapa seringnya ia mengikuti kajian-kajian ilmu dimanapun dan kapanpun. Memang selama ini yang aku tahu dia seorang pembelajar. Dia bisa betah duduk dimajelis ilmu berjam-jam. Dia selalu saja membawaku sepanjang aktivitasnya seharian. 

Namanya Alifa, ia Mahasiswa semester 6 Fakultas Ilmu Budaya,  Asli dari Pemalang. 
Pada kajian pagi hari itu, tintaku digunakannya untuk mencatat ilmu yang didapat kedalam buku tulis lusuh itu. Aku hafal sekali dengan pemilikku ini. Dia tau betul bahwa mencatat merupakan salah satu cara untuk mengikat ilmu. 

hal lain yang kuhafal darinya, bahwa ia mengibaratkan dirinya bagai gelas. Saat gelas kosong inilah  jika kita akan mengisinya dengan air, volume air yang masuk lebih banyak. Begitupun saat dirinya menerima ilmu, dia mengosongkan dirinya agar ilmu yang dia dapat saat itu lebih banyak. Dia selalu menerima ilmu kendatipun hal itu sudah pernah dia dapatkan dimajelis lain. 

makanya di buku tulisnya bisa mencatat judul materi yang sama. Dia selalu mencatatnya. Tak pernah terbesit karena dia sudah mengetahui atau sudah hafal materi yang disampaikan, sehingga ia tidak mencatat. 
"ah...beruntung sekali punya memilik seperti dia, diriku menjadi sangat bermanfaat"

Sore hari di Kukusan Depok, pemilikku sedang sendirian sambil sibuk menyiapkan spidol, whiteboard kecil, buku catatan, cemilan dan yang pastinya aku!. 

Hari ini dia akan mengisi kajian sore untuk adik-adik kelasnya yang berjumlah 6 orang. Dia akan menyampaikan lagi ilmu-ilmu yang dia dapat. ilmu yang dia catat di buku tulis menggunakan tintaku. ia menyampaikan ilmu itu dengan lancar dan menarik, dengan sesekali ia menggunakan tintaku untuk menulis tanda centang dibuku tukisnya. Tanda centang menandakan bahwa perihal tersebut sudah disampaikan. Aku melihat betul, ia menyampaikannya dengan lancar dan menarik. 
Lagi-lagi aku merasa senang karena diriku bermanfaat. 

Sampai hampir magrib, matahari tinggal sepenggal. Pemilikku menutup kajian sore itu, dari 6 adik-adik itu hanya 4 orang yang datang karena 2 orang berhalangan hadir.

Selepas isya, nyaris pukul 9, sebelum tidur, lagi-lagi pemilikku ini kembali membuka buku tulisnya. Dia mulai menyalakan netbooknya dan mengambil posisi dimeja belajar. Dia mulai membolak-balikkan buku yang berisi catatan menggunakan tintaku. 

Wajahnya mulai serius menatap layar netbook, dipilihnya pertama kali menu MP3. Murottal koleksinya yang hanya berisi bacaan juz 30 itupun di nyalakan. Lalu dia buka blog pribadinya, dia mulai menulis. 

Aku hanya sesekali digunakannya, dia lebih banyak berinteraksi dengan keyboard netbooknya. 
Tulisannya sudah hampir setengah halaman hanya dalam kurun waktu 7 menit. ia menulis banyak hal yang sumber tulisannya ia dapatkan dari buku tulisnya. 

Ia orang yang selalu mengosongkan dirinya, saat akan mendapatkan ilmu. Dia tidak membiarkan ilmu itu luber tak berarah, ia memiliki dua cara jitunya bagaimana mengalirkan ilmu yang ia dapat. 
pertama mengajar dan yang kedua menulis adalah cara yang ia pilih, karena dengannya ia berpikir kelak apa yang ia ajarkan dan ia tuliskan menjadi berkah dan bisa bermanfaat. Dari aspek kesehatanpun ia perhitungkan, ia memahami bahwa dengan menulis bisa menjadi terapi diri dan jiwanya. 

Ia pernah belajar dari orang yang pernah ditemuinya. Menghadiri seminar/workshop/kajian kemanapun, dari mulai pagi sampai dengan larut malam. Dari Senin sampai dengan minggu.  

Jika kita bicara dengannya bukan hal jelas yang didapat, tapi kebingungan yang ada. Semua hal ia ceritakan atau semua maunya harus disetujuinya. orang-orang disekitarnya dibuat bingung dan pusing tujuh keliling. 

jangan-jangan mungkin ia belum mengajar, menulis atau mengikuti kelas ODOP, gelitik komentar yang ada, mungkin karena ilmunya keluberan. 


Begitu kira-kira kisah harian pemilikku, I am a Pen....
thanks for reading 

 -------astagfirullah...menulis adalah mengingatkan diri sendiri--------
#day keberapa, lupa#OneDayOnePost#Batch5


No comments:

Post a Comment

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...