Friday, February 2, 2018

Raka dan Sekolah Layang-Layang ep.2



Bandara Ngurah Rai Denpasar Bali, pagi itu jam 06.00 pagi waktu Bali. Anak lelaki kelas 4 SD itu terlihat berjalan mengikuti pria berambut panjang yang dikuncir belakang. Sepatu ketsnya berdecit-decit karena bersentuhan dengan lantai Bandara. Kopernya tak begitu besar, isi stok baju untuk 5-6 hari kedepan. Setelah ini Raka akan singgah dulu dirumah Paman Arya di Badung, baru kemudian siangnya Paman Arya akan mengantar Raka ke Sekolah Layang-Layang. 

Raka tak punya bayangan sama sekali tentang sekolah yang namanya aneh itu. Apakah itu hanya nama saja, atau ada hubungannya dengan kegiatan atau bentuk bangunan sekolah itu. Semua masih teka-teki. Sebenarnya Raka mulanya tak mau mengikuti saran ibunya untuk stay beberapa hari di Sekolah tersebut. Tapi apa daya, kalau ibu sudah mereview ulang scene kejadian tanggal 20 April 10 tahun silam tentang perjuangan Ibu melahirkan Raka. Raka bisa tak bergeming, ia nelangsa pada ibunya, maka tak tega untuk menolak keinginan sang Ibunda. 

Pak Lasin teman Paman Arya ternyata sudah standby di bandara hendak menjemput kami dan mengantar Raka singgah kerumah Paman Arya. Mereka disambutnya, tapi tak pakai ritual pengalungan bunga layaknya turis ya...

"Selamat Pagi Raka" pak Lasin menyalami dan menyapa Raka dengan logat Balinya yang kental. Umurnya lebih tua dari pada Paman Arya, ikat kepala ala Bali digunakannya. Wajahnya tirus tubuhnya tinggi, cocok sekali ia hari ini dengan baju atasan bertuliskan Bali dan celana panjang berwarna hitam. Pak Lasin profesi aslinya memang sebagai guide mengantar turis, tapi pagi itu ia sudah di booking Paman Arya untuk mengantar kerumah. 

Sepanjang jalan tak hentinya ia bercerita tentang Bali dan segala objek wisatanya yang indah. Ia juga sempat menyampaikan tentang Sekolah Layang-Layang. Ia sampaikan kepada Raka bahwa tak semua orang bisa masuk kesekolah tersebut. Tapi kemudian Pak Lasin tersadar, ia segera mengalihkan pembicaraan. Sepertinya ia sudah dipesankan Paman Arya agar tak cerita apapun tentang Sekolah Layang-Layang. Ah...sekolah yang masih teka-teki....

Setelah sampai dirumah Paman Arya, hanya 1 jam singgah. Raka diinstruksikan Paman agar bersiap, perjalanan menuju Rumah Layang-Layang yang berlokasi di Nusa Penida menggunakan kapal fery. 
Raka tak menyangka kalau sejauh itu tapi ia tetap pada janjinya kepada Ibu, ia tak akan mengelak. 

Pagi di  Sanur, antrian kapal fery berjejer, begitu juga dengan antrian turis-turis yang akan menyebrang ke Pulau Nusa Penida, Pulau Lembongan dan Pulau Ceningan.  Disitu paman Arya ternyata kenal dengan penjual tiket fery, jadi kami tak perlu antri lagi. Paman hanya memanggil salah satu petugas yang dengan Paman sudah akrab itu, si petugas langsung menyodorkan dua tiket ke Nusa Penida. Tak pakai bayar, atau mungkin sudah ditransfer. Pertanyaan Raka hanya dalam hati saja. 
"Niat sekali Paman, Ia sudah mempersiapkan perjalanan ini" hanya terucap dihati Raka

Sekitar 40 menitan, sampai di Nusa Penida. Matahari sudah agak berasa menyengat, sesampainya disana sudah ada Paman Aryo yang sudah siap mengantar Raka dan Paman Arya, ia sangat lebih akrab dengan Paman Arya, mungkin karena namanya yang hampir sama. Paman Aryo adalah seorang guide juga, asli dari Jawa Tengah mengadu nasib tinggal di Nusa Penida, ia bercerita jika saat lebaran ia mudik dari Nusa Penida menggunakan motor sampai ke Jawa Tengah. Raka tertegun membayangkan waktu tempuh yang panjang. Lebih lama dari nya menuju Sekolah Layang-Layang yang masih teka teki ini.

Sountrack lagu Judika, tak hentinya di mobil Paman Aryo, sepertinya koleksi lagu di MP3nya hanya itu. Raka hanya sekilas-kilas mendengar suara Judika, 
"Aku merindukanmu...setengah mati merindu..."
memandangi jalan dikanannya lewat jendela kaca mobil, sambil berpikir akankah Sekolah layang-Layang menjadi tempat yang dirindukannya...?


Mobil tak bisa melaju kencang, yang ditemui adalah track jalanan yang berbatu, tapi juga terkadang ada jalan yang halus. Sehingga lama tak sampai-sampai. Setelah satu jam perjalanan, mobil memasuki salah satu Desa, Desa Pejukutan namanya. Disini terdapat Pantai Atuh, pantai pasir putih yang indah dan lembut sehingga bisa membuat siapapun betah menyinggahinya. Pantainya bersih, karena letaknya yang tersembunyi belum banyak orang berkunjung. Itu cerita pantai yang digadang-gadang oleh Paman Aryo, Raka penasaran dibuatnya. 

Setelah, lelah dirasa, akhirnya sampai juga Raka dan Pamannya ke Sekolah Layang-Layang, Pohon-pohon yang melingkupinya seakan menjadi pagar dari bangunan yang tak terlalu luas itu. Didepan ada papan nama yang terbuat dari kayu, tulisannya diukir tertulis "Sekolah Layang-Layang". Angin semilir siang itu, seakan membawa kelelahan Raka yang sejak tadi penasaran akan Sekolah Layang-Layang. Sedikit mulai terjawab semua...

Kami disambut Pak Wayan dan putra terakhirnya yang seumur Raka, Ia mengucapkan selamat datang atas kehadiran kami dari jauh. Pak Wayan memperkenalkan putranya, namanya Drana. kami berkeliling sekolah Layang-Layang. Bentuk bangunan sekolah berbentuk layang-layang, jendelapun dibuat bentuk layang-layang. Bangunan sederhana itu tampak menarik karena dicat dengan beberapa warna. Bali memang berseni...

Pak Wayan menjelaskan tentang apa yang akan dipelajari disini. Raka akan masuk kelas dasar mempelajari cara macam layang-layang, dan membuat layang-layang sederhana. Jika sudah expert atau ahli, Raka akan mempelajari cara membuat layang-layang yang ukurannya lebih besar. Pada dasarnya permainan layang-layang ini terdiri dari dua jenis yaitu Layang-Layang Hias yang menekankan pada keindahan desain seperti berbentuk hewan, pesawat, manusia atau lainnya dan Layang-Layang Laga yang menekankan pada ketajaman benang gelasan dan teknik untuk mengalahkan sang lawan.  

Penjelasan Pak Wayan mulai menarik perhatian Raka, ia tampak berbicara akrab dengan Drana putra Pak Wayan. Paman Arya yang melihatnya tampak lega akan melepas Raka untuk tinggal selama 5 hari disitu. 
Raka tau bahwa pasti akan banyak kegiatan outdoor disekolah itu dan hal itu akan seru pastinya. 

------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Hari Pertama Raka di kelas, masuk kedalam ruangan dan jendelanya  berbentuk layang-layang dirasa Raka sangat seru. Murid sekolah itu hanya ada sekitar 7 anak, tak ada anak perempuan, semua laki-laki yang berasal dari desa sekitar . Pengajarnya Pak Wayan, putra pertama Pak Wayan serta adik Pak Wayan. 

Dimulai dari penjelasan mengenai sejarah layang-layang dikelas, pak Wayan bercerita seperti mendongeng...seru sangat !!!

Tujuh anak lelaki dikelas itu seakan dibawa masuk kelorong waktu kemasa lampau dan melihat langsung apa yang diceritakan Pak Wayan. Sebuah bukti autentik, layang-layang pertama kali berasal dari bangs Tiongkok sekitar abad 16 yang lalu. Sosok pertama kali memperkenalkan layang layang adalah dua filsuf Tiongkok yaitu Mo Di dan Gongshu Ban di sekitar abad ke -5 masehi
dan macam-macam layang-layang. Layang-layang pada masa itu terbuat dari daun, digunakan untuk mengukur jarak atau  mengetes angin. Dari negeri tirai bambi itu kemudian layang-layang menyebar ke Indocina, India, eropa dan juga Amerika, hingga akhirnya menyebar juga keseluruh dunia. 

Di Indonesia pertama kali ditemukan di Pulau Muna, sulawesi Tenggara. Layang-layang tersebut dari daun gadung yang dirajut dan dibentuk seperti layang-layang. Digunakan masyarakat pada saat itu untuk mencari keberadaan Tuhan. Selanjutnya Pak Wayan memperkenalkan macam-macam jenis layang-layang, Hias dan Laga. Ia mengajak anak-anak keluar menuju pantai sambil membawa contoh-contoh layang-layang.

Kedatangan ketujuh anak Sekolah Layang-Layang disambut salam debur ombak Pantai Atuh yang diapit perbukitan hijau, pantai pada saat itu sedang tidak ramai, lengang dan asri. Pasir putihnya butiran halus enak sekali untuk diinjak karena kaki tidak sakit. Warna air hijau kebiruan tenang terhampar, cahaya matahari jatuh menyinari air sehingga air seperti berkilat-kilat indah sekali...




Ketujuh anak belajar mengenal macam-macam layang-layang dan belajar pula cara menerbangkannya. Raka gagal terus saat mencoba menerbangkan layang-layang, 5 kali sudah jika dihitung. Ia hampir saja putus asa jika saja keenam teman lainnya tidak mensupportnya.

"Ayoo Raka...kamu pasti bisa...!!" teriak Drana yang memegang layang-layang sedangkan Raka yang memegang benang kendalinya
"Tetap tenang pokoknyaa..." Drana menambahkan kalimat motivasinya

Raka yang silau matanya menghadang matahari, hanya berucap dalam hati
"Aku pasti bisa !"
dan...akhirnya layang-layang itu dapat mengangkasa, layang-layang itu bisa terbang, menari-nari diatas !

Raka mau jingkrak bersorak senang, tapi ia ingat bahwa ia harus tetap fokus mengendalikan benang layang-layang. Sesekali benang ditarik, sesekali pula benang diulur agar terbang layang-layang tetap seimbang.  Jika tak fokus maka bisa saja layang-layang tak seimbang dan tersungkur terjun ketanah.

Semilir angin sambil sepertinya berbisik pada Raka....
"Begitulah keberhasilan..ia bisa didapat setelah kesabaran dilakukan..." dan "Begitulah hidup, pasti akan ada cobaan atau guncangan tapi tetap fokus terhadap tujuan, akan mengakhirkan kita mencapai tujuan"

Hari pertama di Sekolah Layang-Layang yang berkesan, Raka mendapatkan nilai hidup yang baik untuk dirinya. Masih ada 4 hari kedepan di Sekolah Layang-Layang. Masih banyak materi yang akan dipelajari tentang cara membuat layang-layang dan mengendalikan layang-layang laga agar bisa menang.

Matahari hampir saja terbenam, Dua bukit disekitar pantai Atuh tetap menjadi saksi kegembiraan anak-anak itu. Semua duduk melingkar sambil memberikan pendapat tentang pengalaman menerbangkan layang-layang beserta dengan  hikmah hidup yang mereka ambil. Pak Wayan menyimpulkan pembelajaran hari itu,  ketujuh anak Sekolah Layang-Layang matanya masih berbinar dan senyumnya masih mengembang. Menanti keseruan esok hari di Sekolah Layang-Layang.


-------------------------------bersambung lagi ngga ya kira-kira?------------------------------------------------


#Tantangan2#OneDayOnePost#Batch5

  


2 comments:

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...