Friday, February 2, 2018

Raka dan Sekolah Layang-Layang ep.1





Pranggg!!!, suara gelas yang terbuat dari logam itu memecah pagi, suaranya lebih menggema daripada suara seorang ibu yang sejak tadi mulutnya komat-kamit, seakan membaca mantra sakti agar anaknya bisa segera menyelesaikan tugasnya pagi ini. Ya..tugas bersiap-siap kesekolah. Semua pekerjaan dari mulai menyiapkan buku, pakaian dan barang-barang bawaan sekolah masih saja dihandle Ibundanya. 

Gelas yang berisi seduhan teh pagi itu tumpah tersenggol anak lelaki bertubuh kurus tapi tinggi itu, Raka namanya.
Usianya sudah 10 tahun, wajahnya manis berlesung pipit, rambutnya lurus jatuh, kulitnya coklat agak mengkilap jika terkena pendar matahari saat ia berkeringat. 

Jantung ibunya yang berdegup, nervous panik seperti dikejar jarum panjang detik jam. Kejadian tumpahnya air teh digelas menambah ketegangan pagi itu.
Ayah sedang memanaskan mobil, sambil membaca koran pagi itu. Ia tampak tenang membaca berita terkini tentang politik dinegaranya, sambil terkadang alis dibalik kacamatanya itu nyureng-nyureng.

" Haduh Rakaa... hati-hati nak kok sampai tumpah begini!?" , ibu yang sudah berseragam lengkap PDH berwarna coklat itu segera mengambil lap pel untuk mengeringkan tumpahan air, nafasnya tersengal-sengal masih seperti dikejar jarum panjang detik jam. Bayangan  mengularnya jalan raya kota dan mesin fingerprint dikantornya menambah runyam pikiran. 

Fingerprint, mesin yang hanya bisa mengucapkan satu kata "terima kasih" itu bisa menjadi penentu pendapatan atau gaji ibunya bulan itu. Mesin itu seperti hakim yang bersuara, tampak ramah dengan ucapan terima kasih, tapi dia mengeksekusi.

Raka hanya diam saja tak bergeming, lagi-lagi ia kerjakan kelalaian dipagi hari. Setelah 2 hari yang lalu ia berulah menumpahkan sayur Kare yang dimasak ibunya. Tumpahannya pas sekali diatas celana seragam olahraganya yang berwarna hijau. Warna kombinasi antara hijau dan sayur Kare yang kuning...
Ibunya pasti masih ingat sekali kejadian 2x24 jam yang lalu itu.

Raka berpura-pura ikutan sibuk ikut mengeringkan lantai dengan tisu tanda empati pada ibunya. Ibunya yang membereskan "hasil' kelalaiannya


15 menit kemudian....semua sudah ditempatnya berkegiatan

Ibu dan ayah sudah dikantor, Raka sudah disekolah. Raka murid SD kelas 4 Abdul Muis yang lokasi kelasnya berada dilantai dua. 


Pagi itu kelas dimulai dengan membaca doa pembuka. Ibu guru Anik berjilbab hijau memimpin doa dan anak-anak mengikuti. 
Anak-anak termasuk Raka duduk melingkar, mereka saling memandang wajah temannya satu sama lain. Hafal sekali tiap anak dengan ekspresi pagi teman-temannya. 

Rayen yang matanya masih tampak sayu, dipandangi Raka. Raka hafal benar kenapa Rayen selalu saja begitu. Kebiasaan rayen tidur lewat dari jam 12 dan Ibunya membolehkannya hanya mencuci muka dan lap badannya dengan tisu basah, tapi tetap menyikat giginya membuat ia tetap menngantuk.

Lain halnya dengan Wildan, teman raka yang satu ini wajahnya sudah segar, matanya bulat tegas memandang sekeliling, ia memang sudah terbiasa bangun pagi dan solat subuh berjamaah ke masjid bersama ayahnya.

Doa Pembuka Hati menjadi penanda kegiatan doa pagi selesai. 

Kegiatan selanjutnya adalah belajar matematika, Mr Edi yang berambut ikal dan berkemeja hijau itu segera mengeluarkan lembar kerja yang siap dikerjakan oleh anak-anak. 

Belum saja lembar kerja sampai ketangan Raka, dirinya sudah interupsi ke Mr Edi sambil angkat tangan

"Aku ngga bisa Mr, soal Math selalu saja buat aku bingung, aku lebih baik dikasih tantangan menangkap lalat dengan satu tangan menggunakan sumpit deh !"

"Eh..ini kan pelajaran Math, masa iya kegiatannya nangkap lalat" jawab Mr Edi disambut tawa kecil anak-anak yang sudah hafal kalau Raka tak menyukai pelajaran Math

Mr.Edi mendatangi Raka dan ngobrol secara privat, bahwa pelajaran Math itu bisa membantu seseorang menjadi lebih teliti dan sabar

Raka hanya mengangguk pura-pura setuju. Lembar kerja Math sudah ditangannya, ia bersungut-sungut kesal!

Tak sampai 5 menit kemudian ia pun mengumpulkan lembar kerjanya. Mr Edi menegurnya, tapi Raka marah. Mr Edi tak menyampaikan apa-apa, ia paham dengan anak muridnya itu. Raka lebih tertarik dengan pelajaran yang berkisaran alam dan kegiatan outdoor

Mr Edi merasa tidak perlu memperpanjang permasalahan ini, ia hanya menyampaikan permasalahan hari itu pada wali kelas Raka, Ibu Anik. 

19.30 WIB, gawai Ibu berbunyi, nada pesan melalui Whatapps masuk 

" Bunda Raka, hari ini Raka mengikuti pelajaran Math, hanya saja ia tidak menyelesaikan lembarkerjanya hingga selesai, sepertinya Raka belum tertarik dengan pelajaran Math. Saya dan Mr Edi selaku guru Math sedang berdiskusi tentang metode belajar yang pas sesuai kesukaan Raka mohon motivasnya dirumah ya Bund..." , begitu kira-kira isi pesan dari Bu Anik. Salam penutup mengakhiri pesan whatapps tersebut. 

Suara Adzan isya terdengar, membuyarkan lamunan Ibu yang sedang memikirkan anak lelakinya. Dia teringat cita-citanya dulu, memiliki anak yang soleh punya kepribadian unggul, mandiri, sabar dan bertanggungjawab. 

Dia hampir saja menyalahkan dirinya sendiri kenapa menjadi ibu bekerja yang meninggalkan anaknya sehingga anaknya seperti tak memiliki motivasi

Ah..begitulah dilema ibu bekerja...

Tak ada ide, ibu pun menghubungi Paman Arya adik ibu yang berdomisi di Badung Bali. Paman Arya memiliki galeri lukisan di daerah Legian Bali, lima tahun sudah paman menggeluti bisnisnya yang bermula dari hobinya melukis. Panjang lebar ibu menceritakan perihal Raka, ternyata paman memiliki solusi. Ia menyampaikan kepada Ibu sesegera mungkin besok siang akan datang kerumah. 


"Kamu serius Ya besok mau kerumah?, apa? jemput Raka" Ibu terus saja bertanya karena tak menyangka bahwa Paman Arya begitu cepatnya menanggapi ceritanya. Dia akan membawa Raka selama beberapa hari !
---------------------------------------------------------------------------------------------

Sabtu Siang 12.40, Mobil avanza biru berhenti didepan rumah Raka, seseorang keluar dari mobil sambil membawa ransel hitam bertuliskan Adidas. Tampilannya keren, berkacamata hitam dan yang pasti rambut panjang diikat belakang, seniman memang. 

Ibu membuka pintu dengan semangat, tergopoh-gopoh jalannya dari dapur karena tak sabar bertemu Paman Arya yang membawa berita baik baginya. 

"Alhamdulillah...sampai juga kamu Ya, jadi..apa...apa...idemu untuk Raka ?
Ibu sangat-sangat tidak sabar menanti penjelasan Paman Arya

"Aku duduk dulu to Mba, baru aja sampe, mbo ya dikasih minum dulu, kok yo ini langsung diberondong pertanyaan ", ibu hanya tertawa saja menanggapinya 

Ayah yang sedang berkutat dengan alat perkakasnya dibagian belakang rumah menghentikan kegiatannya karena mendengar suara Paman Arya
"Wahh...selamat datang Arya" sambut Ayah, yang biasa memanggil Paman Arya hanya dengan nama saja

Raka mem-pause game nya karena mendengar Paman Arya datang. Tangga lantai 2 kelantai 1 yang hanya 14 anaktangga itu serasa menjadi banyak berkali lipatnya. 
Raka jalan cepat menuruni tangga karena tak sabar mau bertemu dengan Paman Arya. Suaranya kunjung duluan dibanding badannya yang kecil .

"Paman Aryaaaaa....."

Keempatnya bercengkrama hangat, sambil minum hidangan teh yang sudah ibu siapkan. Ngobrol ngalor ngidul membicarakan kerabat dan keluarga. Raka kembali kelantai 2 melanjutkan game nya. 

tepat pukul 14.00 WIB pertanyaan Ibu sampai pada intinya 
"Apa rencanamu untuk Raka Ya?" 

'Aku akan membawanya ke Bali Mba selama cukup 5 hari saja..." jawabnya jelas

'Aku mau Raka masuk ke Sekolah Layang-Layang..."

" Hah? Sekolah Layang-Layang? maksudmu apa?" Ibu dan Ayah terheran-heran 

" Iya...Mba sekolah yang didalamnya ada Kegiatan harian membuat layang-layang..." tambah Paman Arya



"Bundaaa......!!!

panggilan Raka dilantai dua, memecah hening suasana saat itu. Hening dikarenakan Ayah dan ibu terheran, memikirkan apa hubungannya kondisi Raka yang sekarang dengan memasukannya ke Sekolah Layang-Layang ...


---------------bersambung...ceritanya.......-----------#Tantangan2#OneDayOnePost#Batch5



















4 comments:

  1. Wahh bagus nih ceritanya, bikin penasaran. Besok mampir kesini lagi aahhh

    ReplyDelete
    Replies
    1. terima kasih banyak mba Nurul sudah mampir diblogku, nnti mampir lagi aku suguhi teh manis anget yoo :), stay tune kelanjutan ceritanya...ini sedang dibuat he..he..

      Delete
  2. Ceritanya unik. Kerenn. Jadi pengen baca ajaaaa heheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Salam kenal...terima kasih mba sudah mampir, cek kelanjutan ceritanya di raka dan Layang-Layang episode 2

      Delete

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...