Friday, February 16, 2018

Diary Mak Anis

Ya Allah tugas ODOP Tantangan 4 ini sungguh menantang, tantangan 1,2 dan 3 alhamdulillah bisa dilewati tanpa ada kegalauan rasa, lha...yang keempat ini mau membayangkan temanya aja sudah ngeri-ngeri gimana gitu, apalagi membuat ceritanya, khawatir ngga bisa. 

Tema keempat di grup ODOP ini adalah membuat cerita komedi. Mana cuaca lagi mendung terus, hati sendu habis bertamu ketempat orang malah disudahi karena yang bersangkutan sibuk ngga ada waktu. 

tapi tetap wajib dicoba aja lah ya...daripada ngga lulus ODOP karena ngga selesai Tantangan4...

Bismillah...
------------------------------------------------------------------



                                           

             picture taken from www.rebanas.com




Pagi, di Desa Kedungjaya Mak Anis sudah rapi jali siap menghadiri undangan penting yang akan dimulai teng jam 9 pagi di Puskesmas. Lagu sayangnya Via vallen lantang terdengar seantero rumah ukuran enam kali sepuluh itu. Sambil merapikan dandanannya yang hari itu mau bertema warna hijau ulet, hijau tapi lembut warnanya.

Dibelakang Mak Anis, anak-anaknya sedang bertengkar sambil berbalas pantun mendebatkan siapa pertama mendapat giliran mandi. Dua bocah laki-lakinya tak jauh terpaut usianya, Taufan yang biasa dipanggil Opan dan Fauzi yang biasa dipanggil Oji itu memang membuat agenda tak tertulis tentang kegiatan mereka setiap hari. Selalu saja begitu, berdebat siapa yang mendapat giliran mandi lebih dulu..

Opan anak ketiga Mak Anis duduk  dikelas 3 SD Purnabakti 1, perawakannya kurus, wajah bulatnya persis bentuk wajah Mak Anis, kulitnya sawo matang, hobinya bermain yoyo. 

Oji juga bersekolah di Sekolah yang sama dengan Opan, ia duduk dikelas 2, anaknya manis, kulitnya putih, dulu saat ngidam anak keempat ini Mak Anis rajin mengikuti saran dari salah satu tetangganya bahwa minum air kelapa konon katanya akan membuat kulit bayi menjadi bersih, Ia maksimalkan usaha tersebut karena belajar dari pengalaman anak ketiganya yang belum tau teori itu.

Main bola jadi hobi Oji. Kedua bocah ini selalu mau punya style rambut yang sama, kali ini potongan ala ipin upin yang mereka mau.

"Woi...jangan pada berisik aja napa...!!!", Mak Anis agak sudah naik pitam yang tadinya asik-asik aja...

"Liat itu jam berapa...nanti pada telat disetrap baru deh...", tambah Mak Anis 

tak mau kalah, kedua bocah terus aja berdebat tentang siapa yang memulai keributan pagi itu

Via vallen tetep aja nyanyi asik dengan bahasa jawanya, ngga perduli nyanyiannya menambah chaos suasana

"Emak ini ada miting jam 9 teng nanti di Puskesmas, g boleh telat...udah deh Opan ama Oji suit aja biar cepeettt!!!"

dan kedua bocah ini masih berdebat lagi kira-kira mau pake metode suit Jepang yang ada gunting, kertas sama batu atau suit tradisional yang ada semut disimbolkan kelingking, orang yang disimbolkan jari telunjuk dan gajah yang disimbolkan jari jempol.

Opan sebagai anak yang lebih tua merasa bahwa suit Jepang lebih filosofis, karena suit tradisional tak bisa diterimanya, bagaimana mungkin semut dengan simbol kelingkin lebih menang jika dibandingkan gajah yang simbolnya jari jempol, menurutnya sangat tak masuk akal. Menurutnya gajahlah yang seharusnya menjadi pemenang, karena semut pasti akan kalah jika diinjak gajah. Sedangkan Oji merasa belum terbiasa dengan suit ala Jepang itu, jadi lebih memilih suit tradisional

Akhirnya Mak Anis pun mengeluarkan maklumat yang hukumnya wajib dijalani tanpa bisa diganggu gugat seperti keputusan juri perlombaan. Maklumat ini disampaikan dan diputuskan dengan cepat, tanpa perihal mengingat dan menimbang. Keadaan sudah genting, dua bocah ini terlalu lama berdebat.

"Udah...Oji kamu mandi duluan !!" 
"Siap mak !!", Oji langsung meluncur kekamar mandi sambil tersenyum menang ke Opan kakaknya
Opan kesal tapi ngga bisa berbuat apa-apa, dia sudah hafal dengan mak Anis, jika sudah maklumat maka itu hukumnya wajib dilaksanakan, lagipula Opanpun merasa juga sebagai kakak harusnyalah ia memberi contoh pada adiknya untuk bangun lebih pagi dan tak selalu mendebat adiknya itu. 

-------------------------------------------------------------------

09.00 WIB di Aula Puskesmas Gunungjati, pertemuan akan segera dimulai, para undangan sudah duduk rapi, ada sekitar 25 ibu-ibu, termasuk didalamnya Mak Anis dengan baju hijaunya. Mak Anis adalah kader kesehatan Puskesmas Gunungjati, namanya sudah ngga asing lagi terdengar di Puskesmas itu, terkenal, karena merupakan kader yang aktif. 

Pertemuan kali itu sebenarnya adalah Pelatihan dari salah satu Dinas, narasumbernya menyampaikan tentang kebersihan lingkungan dan pentingnya penggunakan air bersih dalam kehidupan sehari-hari, kebiasaaan mandi sampai dengan mencuci baju dikali.

Ada tiga narasumber saat itu, pertemuan yang berlangsung sekitar 1,5 jam itu diakhiri dengan sesi tanya jawab.

Mak Anis sebagai kader yang memang semangat belajarnya tinggi merasa terpanggil untuk menjadi penanya. Moderator sudah melemparkan kesempatan waktu untuk bertanya, Mak Anis langsung mengangkat tangannya, mengingat perannya sebagai duta, maka ia menanyakan apa yang pernah ditanyakan oleh kebanyakan kaum ibu disekitar rumahnya

 " apa salahnya dengan mencuci baju dikali, karena dikali itu airnya lebih bersih ngga membuat warna baju menjadi kekuningan, sedangkan jika menggunakan air kran baju malah akan menjadi kekuningan ?" 

Moderator menyimak dan mencatat pertanyaan Mak Anis sambil senyum-senyum, ia tau betul bahwa itulah pertanyaan dasar yang memang dilontarkan oleh masyarakat yang mindset nya masih perlu terus dibangun

Moderator mempersilahkan pada narasumber untuk menangggapi. Ibu Leli selaku narasumber menjawab sambil tersenyum

'Ibu Anis, mencuci baju alangkah baiknya menggunakan air kran, karena itu lebih bersih, kalau menggunakan air kali dipastikan air tersebut tidak bersih sudah terkontaminasi kuman atau bakteri...begitu ya ibu-ibu"

Mak Anis yang mendengarkan penjelasan sambil mencatat sampai menghentikan kegiatan menulisnya.

ibu-ibu kader yang diperkirakan puas akan jawaban pertanyaan tadi itu seperti tidak puas. Pertanyaan model seperti itu  memang banyak disampaikan oleh masyarakat. 
Suasana malah meningkat gaduh, termasuk Mak Anis  ia seperti belum bisa menerima penjelasan ilmiah apapun dari narasumber, ia masih grasa grusu.

Moderator merasa suasana tidak kondusif, kemudian ia melemparkan lagi kesempatan kepada Mak Anis untuk berbicara. 

Mak Anis angkat bicara, ia sampaikan aspirasi dari masyarakat khususnya ibu-ibu disekitar rumahnya, katanya...

" Ngga apa-apa nyuci dikali mah, baju jadi ngga kuning, klo airnya ada kuman atau bakterinya...kan nanti bajunya disetrika...jadi ya pasti kumannya mati "

Moderator dan narasumber sudah speechless tak bisa berkata apa-apa lagi, mereka hanya mengingat bahwa tugas mereka sebagai pegawai negara masih banyak, terutama membangun pola pikir hidup bersih.

Mak Anis pun merasakan hal yang sama, Pe-er nya sebagai kader masih banyak mengedukasi masyarakat sekitar tentang perlunya hidup sehat dan membangun pola pikirnya.  

------------------selesai udah gitu aja----------------


catatan tentang kejadian nyata, nama tokoh dan nama Puskesmas hanya rekaan jika ada persamaan itu hanya kebetulan belaka.

"Ini salah satu tugas Tantangan4 menulis cerita komedi, jika ngga bisa membuat ngakak minimal bisa membuat tersenyum, pun kalau ngga bisa buat tersenyum ya yang penting ngga bikin nangis atau sedih"

thanks for reading 😊


#OneDayOnePost#Tantangan4#Batch5

No comments:

Post a Comment

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...