Friday, March 16, 2018

Diary Aira 5 (Persiapan Pertemuan Pertama)



Selasa nanti malam, Mba Mirna mengagendakan pertemuanku dengan Mas Wildan, ah...menyebut namanya saja bergetar rasa hati ini. Seperti apa sosoknya kelak. Pertanyaan apa yang akan dilontarkannya, apakah aku cocok dengannya dan dia cocok denganku, banyak sekali lintasan fikiranku, rasanya tak percaya aku akan sampai pada tahap ini setelah bertahun penantian. Ya Rabb...semua kupasrahkan padamu, kuulang lagi doaku dalam hati
"Jika ia baik untukku maka dekatkanlah, jika ia tak baik untukku maka jauhkanlah".

Matahari telah menenggelamkan dirinya, awan senja berwarna oranye lengkap dengan gurat-gurat hitam melengkapi syahdunya hadir malam.
pertemuanku sehabis isya dirumah Mba Mirna akan jadi pertemuan bersejarah dalam hidupku.

Sejak siang hari aku sudah izin pada bapak dan ibu untuk pergi kerumah Mba Mirna, belum terpikirkan akan naik apa aku kesana. Menjelang magrib aku baru bingung dengan apa aku pergi kesana, ada motor sygma keluaran Yamaha milik ibu, tapi...sudah berapa tahun aku tak mengendarai motor, haduh...bagaimana ini...Jenis motor itu motor gigi, yang dalam penggunaannya butuh sinkronisasi antara otak, kaki serta tangan. Jika salah-salah bisa berhenti ditengah jalan atau bahkan loncat terpental...hooo...bisa gawat agendaku malam ini. Otakku terus berputar, ojek online belum ada pada zamannya.

Adzan magrib berkumandang, aku bersegera menunaikan solat dan bersiap. Ba'da solat entah datang dari mana kemudian, keberanian itu muncul, aku tak gentar rasanya mengendarai motor sygma Yamaha itu. Ada Allah pikirku...mungkin ini yang dinamakan the power of kepepet.

Mematuki diriku didepan cermin, gamis dan jilbab nuasa merah muda aku pakai saat itu, jilbab motif bunga-bunga sepertinya mewakili rasa hatiku saat itu.
"Aira, kamu naik apa kerumah Mba Mirna Nak?", ibu tanya penasaran
"Rencanaku mau naik motor sygma Ibu", jawabku meyakinkan, padahal dalam hati ada khawatir melanda
"Lho, kamu yakin?, bisa?", tanya ibu menggoyangkan kekhawatiranku
Aku coba berargumen, entah dapat dari mana keberanian itu
"InsyaAllah Bu, kan sebenarnya Aira bisa Bu, dulu kan saat Aira duduk dikelas dua SMA pernah lho Bu sampai pasar Jati yang jaraknya 10 km dari rumah" tambahku
"Oiya..ya.., ya sudah ini kamu pegang kunci motornya" Ibu menawarkan.
Hatiku abu-abu sebenarnya, antara yakin dan tidak. Karena jika diingat ingat kelas dua SMA itu sudah hampir lima tahun yang lalu !!

Aku pandangi saja kunci motor yang sudah ada ditanganku. Engkaulah sebaik-baik penolong Ya Rabb...ucapku dalam hati.

Motor sygma Yamaha itu nangkring saja diparkiran. Lampu parkiran gelap temaram hanya ada lampu 5 watt. Ia seakan tau aku sesungguhnya sedang galau antara yakin dan tak yakin bisa membawanya jalan sampai kerumah Mba Mirna. Kalau ia bisa bicara mungkin ia akan menawarkan bantuan padaku, agar aku duduk manis saja dan ia akan mengantarku sampai rumah Mba Mirna.
heeeuuh...aku menggelengkan kepalaku sambil ucap sendiri "Aira...sudah ! jangan banyak berkhayal !"

Mulai aku masukan kunci untuk membuka stang motor itu, aku mulai menyalakan motor sambil bersyukur aku masih ingat bagaimana cara menghidupkan motor ini.
Happ...aku mulai menaiki motor itu dan mulai berjalan...degup jantung juga mulai membuncah sesaat tak lama motor di starter. Ini deg-degan bukan karena mau ketemu orang, asli!, ini karena sudah lama tak mengendarai motor, tapi harus dikerjakan.
"Bismillahitawakaltu..."

#OneDayOnePost#Batch5#TantanganCerbung5

1 comment:

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...