Friday, March 9, 2018

Diary Aira 1 (memaknai setiap skenario-Nya)


                                                                               Aira



Namaku Aira Nada, orang biasanya memanggilku dengan kata awal namaku, Aira..., aku anak pertama dari dua bersaudara. Memiliki satu adik laki-laki, selisih umur kami 5 tahun. Aku lahir di satu sudut kota kecil Jakarta pada pertengahan Mei 1990.  Bapakku asli  Jawa Timur tepatnya Madiun, beliau lahir pada awal April tahun 1963an, usia beliau kini 50 tahunan. Dikenal biasa dengan nama Pak Mo dari nama beliau Mohtar. Bapak datang ke Jakarta sejak akhir tahun 70an, bekerja sebagai pegawai negara di bilangan Jakarta Pusat sampai dengan sekarang. Bapak termasuk orang yang ulet, serius dan kadang protektif terhadap anaknya. Mulai dari sekolah yang jaraknya tidak boleh jauh dari rumah karena alasan kemanan, telfon yang bisa 3-4 kali dalam sehari untuk menanyakan "Posisi sedang dimana dan lagi apa?". Bahkan adikku kendatipun laki-laki tidak diperbolehkan mengikuti ekskul macam taekwondo dan sejenisnya, karena menurut Bapak kasihan ketika latihan nanti akan tersakiti. Begitulah bapak...tapi itu tak lain adalah karena rasa sayang terhadap anaknya

Ibuku, bernama Isni Khadijah, dari namanya bisa diketahui ibu berasal dari Jakarta suku betawi, ibu biasa dipanggil dengan sebutan nama depannya Bu Is. Pertemuan ibu dan bapak di Jakarta pada awalnya, karena bapak adalah keponakan dari kakak ipar ibu yang juga dari Madiun. Ibu orang yang cukup tegas, mungkin itu salah satu karakter dari suku betawinya. Kegiatan beliau sehari-hari mengajar di sebuat taman Kanak-Kanak didekat rumah kami. Beliau memulai karirnya menjadi pengajar sejak sebelum aku ada, sejak awal tahun 80an. Sosoknya dalam keluarga memang benar sebagai pengajar, aku dan adikku selalu saja punya jadwal harian untuk mengulang pelajaran yang dipelajari disekolah pada saat itu dan pelajaran dihari berikutnya. Bermacam lombapun kami diikutkan mulai dari lomba menggambar, mewarnai sampai dengan membaca puisi. MasyaAllah Bapak dan ibu memang sosok yang luar biasa...

Bapak dan Ibu memutuskan menikah di akhir tahun 88, dua tahun berikutnya aku lahir dan saat usiaku belum genap dua tahun ibuku melahirkan anak laki-laki yang diberikan nama Azhar. Usianya hanya berkisar 17 jam sejak dilahirkan pada tanggal bertepatan dengan hari bersejarah, 17 Agustus. Masalah kesehatan menjadi faktor hanya bertahannya ia selama 17 jam, setelah itu ia meninggal. Pasca kejadian itu bapak sangat terpukul sampai kemudian merasa agak trauma untuk memiliki anak kembali. Jika saja Mbah Putri tak turut serta menyampaikan bahwa aku yang sudah berusia 3 tahun butuh teman dalam arti adik, mungkin akhirnya bapaknya hanya memiliki satu anak, aku saja. Setelah loby dilakukan Mbah Putri yang merupakan ibu dari bapak, maka rencana memiliki anak diniatkan kembali, hingga di tahun 95 lahirlah adikku Arkan namanya. 

Arkan sosok anak laki-laki yang sangat menyukai pelajaran sosial, padahal ploting sekolah namanya masuk dalam kandidat penghuni kelas IPA, tapi karena ia tidak tertarik dengan hal-hal science ia lebih memilih menghadap ke walikelasnya untuk pindah jurusan ke kelas IPS. Aku sebagai pencinta science kadang tak habis pikir bagaimana mungkin tidak tertarik dengan science, menurutku science itu unik dan seru. sedangkan bagianya science itu hal yang aneh, membicarakan struktur atom dan senyawa serta unsur yang kasat mata. Ia suka pelajaran yang lebih real, mempelajari hal-hal sosial kemasyarakatan. tak heran pada masa kuliahpun ia memilih mengambil kuliah jurusan Ilmu Komunikasi spesial Broadcasting. 

Kembali ke aku, dari riwayat pendidikanku, aku sudah mulai ikut sekolah ditempat ibuku mengajar sejak usiaku 3 tahun, jadi jika ditotal masa sekolahku di Taman Kanak-Kanak adalah 3 tahun. masa studiku terus berlanjut sampai dengan jenjang Universitas. Aku tau betul perjuangan ibuku dan bapakku dalam hal biaya sekolah, dengan gaji pegawai negara yang berbatas, ibu sangat pintar mengatur keuangan keluarga. Prinsip mereka sekolahlah kami sampai jenjang pendidikan tinggi untuk jadi bekal hidup kami. Ah...sekali lagi beribu banyak terimakasih atas perjuanganmu berdua...

Aku selalu tertarik pada Ilmu Pengetahuan Alam, pesan ibuku agar aku menjadi guru sehingga waktu kerjanya tak berlama-lama, kedepan agar jika punya keluarga masih bisa dan sempat untuk mengurus anak serta keluarga. Kimia menjadi jurusan yang kuambil saaat itu. Alhamdulillah temput ujian aku masuk ke Jurusan Kimia Universitas Negeri Jakarta. Empat tahun kutempuh masa belajarku disana. Awal. Dikampus inilah proses hijrahku bermula...

"Allah selalu saja punya banyak rencana terbaik yang terkadang untuk mengganggapnya baik, lebihlah dulu kita perlu lembutkan hati..."



OneDayOnePost#Batch5#Tantangan Cerbung 1

3 comments:

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...