picture from http://inelettysia94.blogspot.co.id
Perumahan Graha Utama, 19.37 WIB
Mba Mirna menyambutku didepan rumah
nya, ia tau aku mengendarai motor.
nya, ia tau aku mengendarai motor.
Ia menunggu didepan rumah untuk memastikan aku datang dengan selamat sampai
rumahnya. Senyumnya mengembang
entah karena mengimbangi senyumku atau karena rasa senang beliau akan agenda pertemuan hari ini, entahlah...yang penting aku sudah sampai
rumahnya. Senyumnya mengembang
entah karena mengimbangi senyumku atau karena rasa senang beliau akan agenda pertemuan hari ini, entahlah...yang penting aku sudah sampai
rumahnya dengan selamat tak kurang suatu apapun. Ia mempersilahkan aku memarkir
kendaraan diparkiran rumahnya
"Aira, Wildan sudah dijalan menuju kesini" Mba Mirna menginfokan
"Ooiya Mba" aku membulatkan mulutku membentuk huruf O, tanggapanku singkat, karena rasanya lidahku kelu, nervous!
Aku berbincang-bincang ringan dengan Mba Mirna, sepertinya ia merasakan perasaan
nervousku, maka ia mengajakku mengobrol menceritakan kembali kisah seru dan lucu
kami saat agenda rihlah ke Bandung dua bulan lalu. Ini bukan kali pertama Mba Mirna
mempertemukan kedua pihak yang mau berkenalan. Mungkin sudah beberapa kavling
disurga yang sudah didapatkan karena berhasil menjodohkan sekitar 3 sampai 4 pasangan.Jadi ia sudah hafal bagaimana mengkondisikan suasana. Suasana menjadi cair, aku merasarileks saat itu, sampai saat bunyi motor didepan rumah Mba Mirna, deg!
"Assalamualaikum..." seseorang didepan rumah memberi salam, aku membenarkan posisi dudukku
" Itu pasti dia" ucapku dalam hati, aku bicara saja sendiri dalam hati, sampai lupa
menjawab salam, lamunanku buyar sampai aku mendengar suara Mba Mirna menjawab
salam.
"Wa'alaikumsalam...silahkan masuk "
Scene itu menjadi penting dalam kisah ini, jadi di slow motion ceritanya...berjalan masuk dengan perlahan, seseorang dengan baju koko putih, semakin dekat...dan dekat sekali
menuju pintu rumah. Ia tunjukkan wajahnya, aku lekat memandangnya...
"Bu Mirna, ini saya antar kartu iuran warga bulan ini Bu, saya antar sekalian jalan
pulang dari Masjid..."
"Terima kasih Pak Musa" jawab Mba Mirna, ternyata Pak Musa sekretaris RT lingkungan rumah Mba Mirna.
Hadeeeh...aku terperangah...aku kira Mas Wildan
Sepulangnya Pak Musa aku melanjutkan pembicaraan dengan Mba Mirna, sampai
akhirnya kembali suara motor berhenti. Tak lama ada dua orang laki-laki sudah berdiri
didepan pintu rumah Mba Mirna, terdengar tawa keduanya sebelum mereka mengucapkan salam
"Assalamualaikum" ucap salah satu dari kedua orang itu
"Waalaikumsalam..." jawabku dan Mba Mirna berbarengan
Keduanya akan masuk kedalam rumah Mba Mirna, terlihat satu menggunakan kemeja
coklat tua dan satunya menggunakan kaos biru.
Waktu menunjukkan pukul 19.50 WIB, angin malam sesekali berasa masuk ke dalam rumah, kadang dingin berdesir dikulit tangan dan muka. Cahaya bulan terlihat memendar di
atas air kolam kecil di dekat pintu masuk. krik...krik...hanya terdengar bunyi jangkrik
malam itu. Tapi sempat terhenti mungkin empati padaku agar membuat suasana lebih
hening syahdu...
Laki-laki berkemeja coklat tua masuk lebih dulu, kaki kanannya melangkah pertama,
semua menjadi gerakan perlahan slow motion lagi...dan aku mendengar sayup-sayup
Bertuturlah cinta mengucap satu nama
Seindah goresan sabda-Mu dalam kitabku
Cinta yang bertasbih mengutus hati ini
Ku sandarkan hidup dan matiku pada-Mu
Bisikkan doaku dalam butiran tasbih
Ku panjatkan pintaku padaMu Maha Cinta
Sudah diubun-ubun cinta mengusik rasa
Tak bisa ku paksa walau hatiku menjerit
Ketika cinta bertasbih nadiku berdenyut merdu
Kembang kempis dadaku merangkai butir cinta
Garis tangan tergambar tak bisa aku menentang
Sujud syukur pada-Mu atas segala cinta...
Keduanya sudah memasuki ruang tamu Mba Mirna lalu mengucap salam dengan
tangannya didepan dada, begitulah cara ia bersalaman tak bersentuhan langsung dengan
kami. Sambil salam ia menatap Mba Mirna dan Aku. Mba Mirna mempersilahkan duduk. Aku melihat keduanya sambil menerka mana sosok Mas Wildan, belum selesai aku
menyimpulkan, Mba Mirna segera memperkenalkanku pada Mas Wildan
"Wildan, perkenalkan ini Aira...dan Aira ini Wildan " ,begitu Mba Mirna membuka
percakapan malam itu.
Benar terkaanku Mas Wildan yang menggunakan kemeja coklat. Kami saling menatap
hanya sepersekiandetik, lalu aku kembali menunduk.
Segala tasbih kuucap, Subhanallah...Alhamdulillah...Allahu Akbar...MasyaAllah...Aku
gugup !
Kembali Mba Mirna mencairkan suasana malam itu, perbincangan menjadi hangat, ada
beberapa tema sebenarnya yang kami bicarakan. Pertemuan itu ibarat melisankan tulisan
yang ada dalam biodata. Obrolan seputar perkenalan diri dan keluarga serta tentang cita-cita dalam berkeluarga.
Aku mengaku lebih dulu jika tak bisa memasak, pengakuan berat tapi ini adalah fakta
yang harus kusampaikan. Ah...ternyata Mas Wildan dengan ringan menjawab
"Ngga apa-apa, nanti bisa cari tempat tinggal yang dekat warteg..." disambut tawa kami
Jam menunjukkan pukul 21.05 perbincangan malam itu ditutup Mba Mirna dengan
menyampaikan tahapan selanjutnya
" Wildan...Aira...perkenalan hari ini dicukupakan...selanjutnya istiqorohlah kalian minta petunjuk-Nya, dalam beberapa hari kedepan Mba mohon dikabari keputusan kalian, lanjut atau tidaknya proses ini..."
Kami mengangguk memahami apa yang Mba Mirna sampaikan
Mas Wildan yang datang bersama temannya izin pamit pulang lebih dulu.
Dilanjut aku yang kembali nervous...ini bukan karena kepulangan Mas Wildan.
Ini karena aku harus kembali pulang mengendarai motor Sygma hitam itu !
#OneDayOnePost#Batch5#TantanganCerbung6
Kenapa sih pada gak bisa masak?
ReplyDeletewkwkwk...itu ciri wanita zaman Now😂😁
ReplyDelete