Saturday, March 17, 2018

Diary Aira 7 (Diakah untukku?)




picture from www.gambar-muslimah.blogspot.com

Dua hari berlalu sejak malam itu, tanpa putus tiap malam aku menemui-Nya meminta bantu jawab-Nya. Ya Rabb jika ia baik untukku maka teguhkanlah hatiku...itu terua yang aku ucap dalam doaku.

Sabtu malam, tiga hari berlalu. Aku akan memberikan kabar pada Mba Mirna bahwa aku melanjutkan proses ini. Aku ambil gawaiku diatas laci. Kuawali dengan salam dan menyampaikan
"Assalamualaikum...Mba bismillah aku melanjutkan proses ini..."
tak lama berselang Mba Mirna langsung menjawab pesanku
"Waalaikumsalam...Alhamdulillah...,Wildanpun sudah info ke Mba kemarin malam bahwa iapun akan melanjutkan proses ini"

aku membacanya dan serasa tak bisa kuungkap dengan kata-kata. Proses awal sudah aku lalui. Moga IA lancarkan prosesnya jika memang Mas Wildan terbaik untukku.

Gawaiku kembali berbunyi, lanjutan pesan Mba Mirna
"Aira, nanti tunggu info jadwal dari Wildan kapan ia akan datang menemui orangtuamu"
" baik Mba, terima kasih atas semuanya, moga Allah lancarkan proses ini..."

Aku sampaikan pada Bapak dan Ibu bahwa aku dan Mas Wildan melanjutkan proses ini. Mas Wildan akan menemui Bapak dan Ibu. Tiga hari kemudian Mas Wildan datang menemui Bapak dan Ibu untuk meminta izin. Bapak dan Ibu sangat welcome dengan kehadiran Mas Wildan yang saat itu datang bersama teman mengajarnya di sekolah.  Pembicaraan masih seputar perkenalan profil diri Mas Wildan pada Bapak dan Ibu. Juga sekalian menyatakan niat baiknya pada putri Bapak.

Tahap lanjutnya adalah pertemuan dua keluarga besar untuk agenda khitbah. Ditentukan waktunya lebih lanjut. Pertengahan bulan depan tepatnya.

Sabtu pagi hari, agenda khitbah sekiranya akan dilaksanakan pada tengah hari setelah waktu zuhur. Keluarga, saudara dan tetangga dekat sudah berdatangan kerumah. Jam terus saja berjalan, rombingan Mas Wildan tak kunjung juga datang. Makanan yang dihidangkan untuk tamu sudah mulai dingin, Bapak ibu dan yang hadir sudah mulai gusar dan bertanya-tanya. Bagaimana tidak jam sudah menunjukkan jam 14.00. Ini sudah terlewat hampir dua jam.

Aku ambil gawaiku untuk mwnghubungi Mas Wildan, tak ada nada apapun, gawainya mati tak bisa dihubungi

Ya..Rabb...skenario apakah ini?, aku juga mulai gusar, kuhubungi Mba Mirna untuk menanyakan adakah nomor telfon Mas Wildan yang lain. Alhamdulillah Mba Mirna bisa dihubungi, ia memberiku nomor telfon lain Mas Wildan. Tanpa pikir panjang aku segera menghubungi nomor itu. Terdengar suara perempuan yang menjawab telfonku !

Ya...Rabb...apalagi ini...?!?!

-------to be continue------

OneDayOnePost#Batch5#TantanganCerbung7

1 comment:

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...