Sunday, March 18, 2018

Drama Perburuan Tiket Mudik


Lebaran serasa sudah dekat, pasca perburuan tiket di Minggu dini hari. Tepat jam 00 kami persiapkan semua jaringan, telfon rumah, netbook dan gawai. Semua disiapkan agar akses pencarian informasi mengenai tiket mudik lengkap. Ini tak hanya perihal pencarian tiket sementara tapi juga ini seperti sedang mengikuti lomba atau kompetisi. Siapa cepat dia dapat..., Merupakan rahasia umum, untuk mengejar tiket kereta saat lebaran memang kita harus start dari mulai satu detik sejak penjualan tiket dimulai, tepatnya 90 hari sebelum perjalanan dilakukan. Pikirku para pencari tiket seantero Indonesia melakukan hal yang sama dengan kami.

Tanggal 16 Juni diprediksi menjadi liburan kedua. Kami memilih tanggal itu untuk mudik ke Jawa bagian Timur. Maka mulai tanggal 18 Maret penjualan tiket sudah dilakukan.

Koneksi internet sudah tersedia, gawai saat itu berfungsi sebagai hotspot dan juga pembuka website. Website dapat diakses di www.kai.id. Delapan belas Maret 00 WIB website sudah dibuka, lanjut kami klik Stasiun asal, stasiun tujuan, tanggal keberangkatan, pasien dewasa atau anak-anak dan jumlah penumpang.

Semua isian sudah kami isi, malam itu paham kami maksimal pembelian tiket berjumlah empat orang. Pilihannya kedua orangtua, aku dan satu putriku berumur 7 tahun tiketnya dipesan melalui website yang dibuka di netbook. Diputuskan...tinggal satu anggota keluarga ini, suamiku. Ia diputuskan memesan tiket melalui website yang dibuka melalui gawai.

Tepat pukul 00 lewat 2 menit, dari empat kereta, tiganya sudah habis. Tinggalah satu kereta. Tanpa pikir panjang kami pilih kereta tersebut. Kecepatan mengetik, kecepatan jaringan internet dan kecepatan mengambil keputusan sangat sangat dibutuhkan pada saat itu. Karena itu semua bisa menjadi pencetak sejarah, agenda mudik kita bakal benar terlaksana atau tidak.

Empat tiket sudah dipesan melalui netbook dan satu tiket dipesan melalui gawai. Hingga sampailah pada satu masa, kami masih ingin merubah-rubah posisi duduk kami yang empat, karena ternyata kami terpisah dalam dua gerbong, kendatipun gerbongnya tak jauh, 4 dan 5. Komposisinya dua orang digerbong 4 dan dua orang digerbong 5.

Entah kenapa mungkin karena agar bisa duduk dalam satu gerbong,  tengah malam itu kami masih sempat mendiskusikan tentang posisi kursi dalam kereta, bahkan orangtua sempat menggambarkan denah kursi walau sebenarnya gambar sudah ada dalam website. Diskusi itu panjang dan tambah panjang, sedangkan waktu dan kesempatan kami terus berkurang. Hanya satu jam waktu yang diberikan dari mulai pesanan kita berhasil hingga pembayaran, sedangkan untuk.pilihan pembayaran apakah melakukan pembayaran via transfer, melalui toko retail seperti indo atau alfamart, melalui e-banking dll itu hanya diberikan beberapa menit saja.

Diskusi malah masih terus berlangsung, aku yang saat itu memesan tiket melalui gawai malah menyimak diskusi yang jika tak di cut akan terus berlanjut. Aku tak melihat bahwa sisa waktu sangat sedikit, sedangkan aku belum mengklik pilihan pembayaran. Sampai pada akhirnya pemesanan tiket suamiku gagal!

Segera aku ingatkan agar pemesanan tiket melalui netbook memilih jenis pembayaran yang diinginkan. Jelas aku membaca dilayar netbook bahwa sisa waktu satu menit lagi untuk memilih jenis pembayaran. Jika lewat maka pemesanan akan gagal !, agenda bisa runyam.

Ternyata diskusi berlanjut panjang karena ternyata, perpindahan kursipun berlangsung cepat. Yang semula kosong ketika kita klik langsung terbaca, kursi sudah dipesan orang. Pada akhirnya kami harus terima nasib, tetap terpisah dalam dua gerbong dengan komposisi 3 dan 1, itu dalam hitungan detik. Satu kursi di gerbong 4 tak berhasil dipindahkan.

Ingat kembali pemesanan satu tiket suamiku gagal karena terlalu lama memilih pilihan pembayaran. Kami coba buka kembali websitenya, dan...kereta yang sama sudah tiada lagi tiketnya, habis ludes !, ini berati ia tak bisa bersama dalam satu kereta. Drama dimulai, ada rasa sedih kesal karena merasa menyesal terlalu lama mengklik pilihan pembayaran saat itu dan senang karena empat tiket sudah berhasil dipesan.

Tak mau baper, segera kami cari lagi tiket pada tanggal itu, sisa kereta lain yang berangkatnya selisih dua jam lebih lama dari kereta pertama. Harga tiket lebih mahal dari pemesanan pertama, segeralah kami pesan. Isian biodata sudah selesai, berhasil pesan satu tiket, alhamdulillah...mungkin ini sudah jalan-Nya harus berangkat terpisah. Tapi aku masih penasaran benarkah tiket kereta pertama sudah habis?. Kami masih mengupayakan bertanya melalui telfon ke kai, dan jawaban sama bahwa tiket sudah habis. Niat selanjutnya bertanya lagj pada petugas di toko retail.

Lanjutnya adalah tahapan pembayaran pemesanan tiket melalui toko retail, kurang lebih jam 00 lewat 40 menitan kami mengendarai motor menuju toko retail terdekat. Pembayaran empat tiket segera dilakukan, mengingat deadline pembayaran sampai 01.13 WIB. Jika sampai terlewat gagal sudah agenda mudik.  Setelah selesai empat tiket, kami tak langsung membayar pemesanan satu tiket suamiku. Penasaran, aku coba tanyakan pada penjaga toko retail tiket kereta pada tanggal 16 Juni berangkat dan tujuan yang sama. Tak dinyana ternyata masih ada 35 kursi !!, bagaimana bisa??

Segera saja kami pesan satu tiket itu, kali ini tanpa memikirkan posisi kursi dan gerbong. Sudah cukup...yang terpenting bisa terangkut dalam kereta yang sama. Ternyata rizkinya dapat di gerbong 1.

Alhamdulillah...bisa berangkat mudik di hari lebaran kedua.

Tapi entah bagaimana pulang kembali ke Jakarta, masih dapat tiketkah kami ?!?

OneDayOnePost#Batch5

2 comments:

  1. Kemarin saya juga ikut ribet nyariin tiket teman buat mudik. Jam 00 mantengin aplikasi tiket...

    ReplyDelete
  2. Kalau ngga begitu bisa nda kebagian ya Mas

    ReplyDelete

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...