Tuesday, March 6, 2018

Makna Tertukarnya Dua Jiwa





"Wuishhh...seketika sekelebat sinar datang didepan meja makan pagi itu"
Kania gadis cilik kelas 2 SD itu kaget bukan kepalang, ia mendapati dirinya ada didalam diri ibunya, wanita usia hampir 40 tahunan. Seragam yang dikenakannya berwarna biru, seragam ibunya sebagai pegawai Bank dibilangan Jakarta Selatan. 

Disudut ruang lain, Mirna namanya, seorang wanita terkaget, punggungnya terasa berat begitu juga dengan sepatunya, berat ketika melangkah, bertambah kaget lagi saat tau berat dipunggungnya adalah karena ia sedang menggendong tas ransel dan sepatu kets yang berat serta susah saat digunakan untuk melangkah. Itu sepatu yang ia belikan untuk anaknya satu bulan lalu di Pasar Gembrong dekat rumah. 

"Ah...sabar sekali anakku menggunakan sepatu ini, ia tak protes bahkan gembira saat si aku membelikannya, gembira sekali karena saat digunakan lampu sepatu itu menyala"

Keduanya bertemu diruang makan, tak berdaya atas tertukarnya diri mereka. Mereka berdua harus menjalani perannya pada hari itu. Ayah tak sadar sama sekali tertukarnya Kania dan Mirna Ibunya. 

" Ayo Kania sudah hampir jam 7, saatnya berangkat!", pinta ayah sambil matanya menatap lekat ke Kania
"Iya Ayah...", Mirna terasa canggung menjawabnya, karena perintah dari suaminya yang masih belum tersadar juga bahwa diri istrinya ada dalam tubuh Kania. 

Sedangkan Kania yang berada dalam diri ibunya, tampak kikuk, ia tak tau perlengkapan apa saja yang digunakan untuk dibawa kekantor, Ayah Kania tampak greget melihatnya. Karena jam sudah mendekati jam tujuh sedangkan si ibu masih saja kebingungan. 

Ketiganya siap berangkat, Kania dan Ibunya sudah menunggu didepan mobil. Ketiganya lebih banyak diam didalam mobil, tak ada banyak pembicaraan. Pembicaan hanya ada diawal saat mobil belum dinyalakan. 
"Pintu sudah dikunci?" tanya Ayah kepada Ibunya Kania
"Sudah saya kunci", cukup jawaban itu saja sebagai respon atas pertanyaan sang suami 

Kania dan ibunya tak bicara sama sekali didalam mobil, keduanya sedang menerka-nerka kejadian apa yang akan mereka alami selanjutnya. Ibu Kania akan merasakan menjadi Kania, bersekolah di SD kelas 2, bermain dan jajan bersama teman-teman. 
"Duh...apa yang akan terjadi ini nanti", ucapnya dalam hati 

Kania lebih khawatir lagi, apa yang akan terjadi saat Kania menjadi sosok ibunya yang bekerja sebagai karyawan Bank. Ia tak berani membayangkan repotnya menjadi pegawai. 

Tujuan pertama adalah sekolah SD Mekar Bakti tempat Kania bersekolah. Rasa berat menggendong ransel dirasakan lagi oleh ibunya yang berada dalam tubuh Kania. 

"Aku turun ya Ayah, ya Bunda" sambil menyalami tangan Ayah dan Bundanya

'Ya Allah...sabar sekali kau Nak, membawa beratnya tas ransel ini tapi kau tak pernah mengeluh...karena sadarmu ini sedang menuntut ilmu", ucap Mirna dalam hati

Air matanya sudah mengembang dimata membayangkan wajah anaknya, Kania. Anaknya yang selama ini hampir setengah hari tak habiskan waktu bersamanya. 

"Aku berhutang banyak denganmu Nak, kamu  yang tetap memberikan senyum saat aku pulang, kelelahan usai bekerja, saat aku marah, dan saat malam aku tak tunaikan hak untuk menemanimu, karena aku lebih sibuk dengan gawaiku...astagfirullah....masih sedikit sekali sabarku"

Bank Surya Jakarta, Ibunya Kania yang didalamnya ada jiwa Kania sedang menyelesaikan tugasnya didepan komputer, semua pekerjaan yang ada menjadi sulit karena Kania belum pernah mengerjakannya, ia hanya murid SD kelas dua yang "terperangkap" dalam diri ibunya. Semua pekerjaan menjadi sulit. Belum usai pekerjaan pertama, namanya dipanggil lagi oleh atasan untuk menyelesaikan tugas baru. Pusing tujuh keliling. Seketika Kania membayangkan wajah ibunya yang tampak lelah sepulang kerja. Kali ini air mata Kania yang jatuh tak tertahan 


Sore hari, keduanya, Kania dan Mirna bertemu, 
Dipeluknya langsung Mirna yang didalamnya ada jiwa Kania. Sesenggukan sampai Mirna dibuatnya...rasa sedih karena merasa banyak sekali kewajiban sebagai ibu yang tak tertunaikan maksimal dan terharu karena Kania yang memiliki bertumpuk kesabaran. 

"Wuishhh..." seberkas sinar pendar lagi, setelahnya Jiwa Kania dan Mirna kembali kemasing-masing tubuhnya, tak lagi tertukar. Mirna sujud syukur setelahnya. Ia menyadari betapa ia selama ini tak banyak bersyukur atas apa yang Tuhan berikan kepadanya. Anak, suami, keluarga dan kesehatan rizki yang ia miliki. Ia berdoa semoga bisa menjaga amanah dari-Nya...

Kania sejak saat itu menjadi anak yang penurut sekali, berempati pada Ayah dan Ibunya yang lelah setiap hari. Ia sadar sudah tak harus menjadi bagian yang membuat Ayah dan Ibunya bertambah lelah atau sedih. Ia bersyukur atas apa yang sudah tuhan berikan kepadanya. Ayah, Ibu, keluarga dan kesehatan rizki yang ia miliki. Ia berdoa menjadi anak yang berbakti pada kedua orangtuanya. 



#OneDayOnePost#Batch5#TantanganV





No comments:

Post a Comment

Realize a real

Jika lamat lamat senja mengantarkan kata perpisahan  Disitulah sebenarnya rindu menjadi satu bersama sendu  Perihalnya tak nya...